Thursday, February 10, 2011

Susu Formula Mengandung Bakteri Sakazakii Tidak Ada

Susu Formula Mengandung Bakteri Sakazakii Tidak Ada - Ini kabar melegakan. Pemerintah menyatakan susu formula yang saat ini beredar di pasaran aman dikonsumsi. Hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makananan (BPOM) mengadakan sejak 2009 hingga Februari 2011, tidak ada satupun sampel susu formula yang diteliti terkontaminasi Enterobacter Sakazakii.

"Masyarakat aman minum susu formula, apabila disiapkan, dan disajikan dengan benar. Apalagi bakteri Sakazakii itu akan mati dengan sendirinya dalam 15 detik, bila diseduh dengan air panas dengan suhu 70 derajat," kata Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, hari ini di kantor Menkominfo, seperti dikutip bisnis.com.

Kementerian Kesehatan dan BPOM menegaskan susu formula yang beredar di pasaran aman untuk dikonsumsi. Kepala BPOM Kustantinah mengatakan secara konsisten pihaknya melakukan sampling dan pengujian dari susu formula bayi yang beredar.
Pada 2009, ujarnya, BPOM melakukan sampling dan pengujian terhadap 11 sampel. Pada 2010 sebanyak 99 sampel, dan tahun ini hingga awal Februari sebanyak 18 sampel.

"Hasil pengujian dari semua sampel susu formula yang diambil dari pasar itu, tidak ditemukan satupunm produk yang mengandung Enterobacter Sakazakii," ungkap Kustantinah yang mendampingi Menkes dan Menkominfo kepada wartawan.

Menurut dia, BPOM sudah melakukan tindakan untuk menjamin dan melindungi bahwa susu yang beredar di pasaran, sesuai dengan kaidah yang berlaku secara internasional. Yaitu meliputi pengawasan yang dimulai dari produk sebelum beredar, sampai dengan produk di edarkan.

Seperti diketahui, pekan lalu Mahkamah Agung dalam putusannya No K/Pdt/2009 pada 26 april, telah memerintahkan Menkes, BPOM, dan IPB untuk mempublikasikan nama-nama produsen susu formula yang mengandung Enterobacter Sakazakii.

Keputusan MA ini terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan Sri Estuningsih, peneliti dari IPB. Hasil riset ditemukan adanya kontaminasi Enterobacter Sakazakii sebesar 22,73%, dari 22 sampel susu formula yang beredar 2003-2006. Hasil riset itu dilansir Februari 2008. Namun, IPB tidak bersedia menyebutkan merek susu yang dimaksud.

Menkes menambahkan kalau Kemenkes belum menerima surat resmi dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dia mengatakan dalam kasus ini, ada dua hal yang berbeda memisahkan satu sama lain. Yakni penelitian ini dilakukan oleh IPB yang mempunyai independensi dan IPB tidak punya kewajiban melaporkan hasil-hasil penelitian itu ke Kemenkes. "Oleh karena itu kami tidak mempunyai hasil penelitian dari IPB itu," ungkap Endang.

Masalah kedua, lanjutnya, Kemkes dan BPOM memiliki tugas melakukan keamanan pangan dan keamanan mengkonsumsi susu formula. Bakteri Enterobacteri Sakazakii, ujarnya, banyak dijumpai di mana-mana, a.l. dalam usus manusia normal dan hewan. Bakteri ini terdiri dari streem ada yang berbahaya bagi manusia, dan ada yang tidak bahaya.

Bakteri Sakazakii ini hanya beresiko pada bayi yang berusia kurang dari 28 hari, dan bayi yang lahir dengan berat badan rendah, serta bayi prematur dengan risiko lain. "Bakteri ini akan menyebabkan diare, karena mengenai saluran pencernaan, dan meningitis kalau mengenai saluran saraf," tambah Menkes.

Kasus akibat bakteri ini, ujarnya, cukup jarang. Di dunia menurut catatan WHO dari 1961-200, hanya ada 48 kasus bayi yang sakit terinfeksi bakteri ini. Sedangkan di Indonesia belum dilaporkan ada kejadian.

____________________

No comments:

Post a Comment