Friday, April 1, 2011

Enam Bulan Menikah, Istri Ternyata Pria

Enam Bulan Menikah, Istri Ternyata Pria - Ada-ada saja. Biduk rumah tangga Muhammad Umar dengan Fransiska Anastasya yang baru dibina selama enam bulan berakhir sudah. Warga Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi itu harus menyerahkan pasangan hidupnya ke polisi, setelah tahu bahwa istri yang dinikahinya ternyata bukan seorang wanita.

Umar yang juga karyawan sebuah pabrik fiberglass di Ciluengsi,
Kabupaten Bogor itu merasa tertipu, karena sosok wanita berjilbab yang telah hidup serumah dengannya selama setengah tahun terakhir ternyata laki-laki tulen.

“Saya kenal dia lewat telepon. Tapi maaf, saya nggak bisa cerita lebih jauh lagi. Silakan ke Polsek Jatiasih saja,” tuturnya saat ditemui Warta Kota (grup Harian Surya) di Kampung Bojongsari RT1/2, Kelurahan Jatisari, Jumat (1/4).

Saat ditemui kemarin, Umar tengah menerima lima rekan lelakinya yang datang bertandang. Akhirnya, kedua orangtuanya, Jayalana (70) dan Minah (65) yang menemui Warta Kota dan memberi penjelasan.

“Kami memang tinggal serumah, ya tadinya berempat sama istri Umar itu. Saya juga nggak nyangka, anak saya bisa dibodohi seperti itu. Saya benar-benar nggak nyangka,” tutur Minah.

Proses pernikahan Umar memang terbilang cukup cepat. Itu bermula dari perkenalannya dengan seseorang yang mengaku bernama Fransiska Anastasya Oktaviany melalui situs jejaring sosial facebook sekitar Agustus 2010 lalu.

Dalam situs jejaring sosial tersebut, Fransiska membuka akun atas nama Anatasya Oktaviany. Dalam data pribadinya, dia mengaku lulusan Universitas Penerbangan Nasional dan bekerja sebagai pramugari di Bandara Soekarno-Hatta.

Dari perkenalan itu, Fransiska yang memiliki nama lain Friksa alias Icha lalu mengajak Umar bertemu di Cibubur Junction. Saat bertemu, Icha mengenakan pakaian layaknya wanita normal.

Dia juga berperilaku sebagai wanita mestinya, sehingga Umar pun percaya. “Dia meminta diajak ke rumah Umar dan di sana kemudian dikenalkan kepada keluarganya,” tutur seorang penyidik Polsekta Jatiasih, kemarin.

Setelah tahu rumah Umar, Icha pun kerap berkunjung. Hingga suatu saat dia sempat menginap seminggu di rumah Umar, sepekan sebelum Hari Raya Idul Fitri, September 2010 lalu.

Sebelum menginap, kala itu, Icha datang bersama seorang lelaki dan seorang perempuan yang mengaku sebagai orangtua kandungnya. Keduanya mengaku bernama Soepriyono dan Wagirah.

Karena tidak enak dengan tetangga sekitar, Umar kemudian mengajak Icha menikah. Hingga kemudian, pada Minggu (19/3/2010) sekitar pukul 20.00, keduanya dinikahkan secara resmi oleh Ustad Abdul Ghofur sebagai penghulu.

Pernikahan itu disaksikan kedua orangtua Umar dan pasangan Soepriyono-Wagirah yang mengaku orangtua Icha, serta Aku (68), Ketua RT1/2 Kelurahan Jatisari.

Setelah menikah, keduanya juga menerima surat nikah asli yang dikeluarkan KUA Jatiasih tertanggal 19 September 2010. “Umumnya kalau perempuan menikah di rumah mempelai lelaki, mestinya ada surat keterangan numpang nikah. Tapi, saat itu sama sekali tidak ada, karena keluarganya sudah percaya, ya nikahnya jalan terus,” tutur Aku saat ditemui.

Terbongkar
Terbongkarnya keaslian identitas Fransiska berawal dari kecurigaan Umar. Kepada penyidik, Umar mengatakan, istrinya itu selalu mengenakan jilbab dan pakaian lengkap bahkan saat tidur dan mandi sekalipun. Karenanya, Umar belum pernah melihat langsung bentuk tubuh istrinya itu.

“Setiap minta dilayani, istrinya selalu menolak melayani dengan tidur telentang, maunya tengkurap lewat jalan belakang. Alasannya sedang datang bulan atau perut sakitlah. Listrik kamar juga dimatikan.,” tutur seorang penyidik Polsekta Jatiasih.
Para tetangga akhirnya mulai curiga dengan gerak-gerik Icha. Seorang tetangga yang enggan disebut namanya mengaku sempat melihat Icha yang posturnya lebih tinggi dan gede, menggendong Umar saat bercanda di depan rumah mereka.

Seorang tetangga lainnya juga mengaku, mendengar keluhan Umar tentang kehidupan seksual rumah tangganya itu, sehingga kecurigaan mereka menguat. “Jangan-jangan dia perempuan jadi-jadian, bukan perempuan beneran,” tutur seorang perempuan tetangga Umar.

Hingga pada Selasa (29/3), warga curiga melihat Icha yang tanpa jilbab ternyata berbadan tegap, berperilaku kasar, dan memiliki jenggot. Warga sekitar rumah Umar pun kemudian mendesak agar Icha diperiksa secara fisik oleh ahli medis.

Untuk meyakinkan warga, Icha kemudian mengajak Ketua RT setempat ke Klinik Maharani Medika di Ruko Griya Permata Blok A5 Kelurahan Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

“Tapi saya nggak boleh masuk ke dalam klinik. Ada sekitar setengah jam dia di dalam. Begitu keluar, dia sudah membawa selembar kertas. Keterangan di kertas itu, menyebutkan bahwa dia benar berjenis kelamin perempuan, ada tanda tangan dokternya dengan stempel klinik,” ungkap Aku.

Namun, warga tetap curiga dengan lembaran kertas yang ditandatangani dr Anita dan dibubuhi stempel klinik Maharani Medika itu. Kertas itu pun diserahkan Aku kepada Jamad, Ketua RW02 Kelurahan Jatisari, Rabu (30/3) keesokan harinya.

Jamad yang mengecek ke Klinik Maharani ternyata mendapati bukti bahwa klinik tak pernah mengeluarkan surat keterangan tersebut. Warga yang penasaran dengan kejadian itu pun terus mendatangi rumah Umar. Hingga Rabu (30/3) malam, saat dikroscek kembali kepada yang bersangkutan, Icha masih ngotot bahwa dirinya wanita.

Menurut Aku, ratusan warga mendatangi rumah Umar nyaris tak bisa membendung emosi. “Kalau saat itu dia ngaku terus terang, kami masih bisa maafkan dan bisa saja menyuruhnya pergi. Baru setelah ada warga yang buka jilbabnya, dia nggak bisa mengelak. Ketahuan dia berambut pendek, di dagunya juga ada bekas jenggot yang dikerok,” imbuh Aku.

Di hadapan penyidik Mapolsek Jatiasih, Fransiska Anastasya Oktaviany mengaku dirinya bernama asli Rahmat Sulistiyo dan tinggal di Jalan Kenanga RT12/2 Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. “Awalnya saya hanya bercanda saja, ternyata keterusan. Lagian di rumah saya lagi ada masalah sama keluarga,” jawabnya enteng.

Rahmat alias Icha itu pun mengaku memalsukan semua identitas dirinya, mulai dari KTP, Akta Kelahiran, hingga Kartu Keluarga. Sementara terkait nama Soepriyono dan Wagirah yang semula diakuinya sebagai orangtua kandung, ternyata hanya kenalan barunya.

“Dua orang itu dibayar masing-masing Rp 200.000 untuk mau berpura-pura jadi orangtua pelaku,” tutur penyidik Polsekta Jatiasih.

Kapolsek Jatiasih AKP Darmawan Karosekali mengatakan, Rahmat akan dijerat Pasal 266 KUHP tentang Pemalsuan Identitas dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. “Subsidernya Pasal 378 tentang penipuan, ancamannya empat tahun penjara,” tutur Kapolsek.

Bukan yang Pertama

Kasus salah menikah dengan pasangan sejenis seperti yang dialami Umar bukanlah yang pertama kali terjadi. Tahun 2009 lalu, seorang warga Kintamani, Kabupaten Bangli bernama I Ketut Bud (30) juga mengalami nasib serupa.

Bermula dari kenalan lewat SMS, kemudian tumbuh cinta kilat, Bud akhirnya menikahi wanita bernama Ketut Nik asal Kunyit, Kecamatan Rendang, Karangasem Bali.

Namun, baru sebulan rumah tangga mereka berjalan, Ketut sadar bahwa wanita yang dinikahi itu ternyata bukanlah seorang istri yang didambakannya selama ini, melainkan seorang waria berwajah ayu yang berjenis kelamin laki-laki.

Rupanya, selama pernikahannya itu, keduanya tak pernah melakukan hubungan badan layaknya suami-istri. Bud tak menyadari siapa yang diajak menikah. Setiap akan diajak berhubungan badan, Nik menolak dengan halus dengan kata-kata besok saja.
Penolakan itu dengan alasan sama terus berlangsung hingga akhirnya kedok Nik terungkap. (sumber: surya.co.id)

____________________

No comments:

Post a Comment